BAGAIMANA MENULIS RESENSI?*
Dr. HM. Zainuddin, MA Jumat, 8 November 2013 . in Wakil Rektor I . 14466 views
Resensi adalah ulasan buku atau karya ilmiah yang diterbitkan. Istilah lain dari resensi adalah: review, tinjauan buku, timbangan buku, telaah buku, kajian buku, bedah buku, menguak turats dst. Biasanya resensi, telaah dan timbangan buku digunakan untuk sebuah surat kabar, majalah dan jurnal (media cetak), tetapi kalau bedah buku atau kajian buku untuk sebuah forum kajian. Buku atau kitab apa yang ditelaah? Sebetulnya semua buku dan kitab perlu ditelaah atau diresensi untuk memudahkan kita mengingatnya. Kepada mahasiswa hendaknya semua buku perlu ditelaah untuk kepentingan ujian, misalnya. Sebab resensi itu merupakan hasil perasan dan intisari dari buku atau kitab yang berpuluh-puluh bahkan ratusan halaman jumlahnya. Dengan diresensi diharapkan kita bisa mengetahui isi dan garis besar dari buku atau kitab tersebut dan memudahkan untuk mengingatnya. Apa bedanya resensi dengan resume? Resensi ditekankan pada, analisis dan kritik. Tetapi kalau resume hanya sekadar menyimpulkan dan mendeskripsikan secara garis besar saja. Bahkan resensi dan bedah buku perlu ada bandingan referensi lain untuk memberikan komentar terhadap buku atau karya tulis ilmiah tersebut. Jika untuk kepentingan publik (surat kabar, majalah dan jurnal) buku yang diresensi pada umumnya harus mengandung nilai: baru, menarik, kontekstual dan marketable. Buku baru artinya buku yang baru terbit (1-3 bulan misalnya), tidak diterbitkan pada tahun yang sudah lewat. Misalnya sekarang tahun 2002 kemudian yang diresensi buku tahun 2001, ini artinya sudah tergolong out of date. Disamping baru, buku yang diresensi diharapkan buku yang menarik, kontekstual dan marketable. Jenis buku apa ini? Biasanya buku ini bukan  jenis buku daras atau buku teks, tetapi buku untuk umum dan bersifat analitis–kritis terhadap persoalan yang lagi aktual dan menjadi wacana publik, baik itu menyangkut politik, hukum, pendidikan, agama dan sosial budaya. Oleh sebab itu, untuk kepentingan resensi di mass media, maka kita perlu mengetahui pangsa dan kecenderungan yang dimiliki oleh sebuah mass media itu sendiri, termasuk dalam hal ini adalah menulis artikel (kolom). Di sinilah maka tidak hanya pedagang yang harus tahu pangsa pasar, tetapi penulis juga perlu tahu pangsa pasarnya . Ya, memang ada sebuah penerbitan  (majalah atau jurnal) yang memang bisa memuat resensi buku atau kitab yang tidak baru, tetapi buku atau kitab tersebut sejalan dengan tema yang diangkat. Biasanya buku atau kitab tersebut monumental dan merupakan turas, seperti karya Weber, Marx, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Al-Mawardi dst. Jadi meski lama, tetapi karya tersebut masih diperlukan untuk publik, kepentingan akademik. Bagaimana meresensi buku? Meresensi buku di media massa sama dengan mengiklankan sebuah pruduk, oleh sebab itu perlu pandai-pandai memberi bumbu. Layaknya sales, kita mesti tahu pasar dan pandai memberikan komentar. Oleh sebab itu pihak penerbit di sini juga merasa diuntungkan karena promosi kita itu. Bahkan sebuah penerbit tertentu ada yang bersedia memberikan imbalan, seperti penerbit Gramedia misalnya. Disamping tentunya penulis sendirei merasa diuntungkan. Apa yang perlu diperhatikan oleh penulis resensi? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meresensi sebuah buku atau karya ilmiah:
  1. Menangkap grand ideas-nya. Seorang penelaah buku harus mampu menangkap ide besar yang terkandung dalam buku tersebut. Apa yang ingin diungkap oleh penulis buku itu? Apa pesan yang hendak diungkapkan?
2. Seorang penulis resensi hendaknya memperhatikan daftar isi, kata pengantar (baik yang ditulis oleh pakar atau yang ditulis oleh penerbit). Hal ini dapat membantu kita untuk memahami jalan pikiran penulis buku tersebut. Demikian juga penulis resensi hendaknya memperhatikan pendahuluan dan kesimpulan. Penulis resensi dituntut membaca cepat dan mampu menangkap makna;
  1. Penulis resensi adalah pen-syarah dari sebuah buku atau kitab. Oleh karena itu ia harus bisa memberikan penjelasan kepada orang lain. Seandainya orang lain terpaksa tidak sempat membaca buku aslinya, sudah cukup membaca resensi tersebut;
4.  Untuk judul resensi hendaknya dibuat yang menarik, simpel dan tidak terlalu panjang. 5.    Penulis resensi hendaknya memeprhatikan: a.  Judul buku; b.  Penulis buku;
  1. Pernterjemah (kalau buku terjenahan);
  2. Kata pengantar (kalau ada);
  3. Penerbit;
  4. Tahun terbit;
  5. Tebal halaman;
  6. Melampirkan foto kopi cover buku.  (Lebih kongkritnya lihat contoh     dalam lampiran ini).
                                __________________ *Disampaikan dalam Diklat Jurnalistik UAPM-Penerbitan UIIS Malang, 10-12 Oktober 2002. *Penulis adalah Ketua Unit Penerbitan  UIIS Malang.          

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up