MENGENAL DUNIA PESANTREN*
Dr. HM. Zainuddin, MA Senin, 11 November 2013 . in Wakil Rektor I . 54269 views
Pesantren, atau pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan agama khas Indonesia --khususnya Jawa-- telah menjadi sebuah lembaga yang sudah mengakar dalam masyarakat. Hampir semua orang kenal dengan lembaga yang bernama pesantren tersebut. Sejarah munculnya pesantren oleh beberapa ahli dikatakan dimulai seiring dengan datangnya Islam ke Indonesia, tepatnya di daerah Aceh, sementara pendapat lain menyebutkan bahwa pesantren muncul pertama kali di Jawa dibawa oleh syeikh Maulana Malik Ibrahim , tepatnya di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur. Dan tokoh yang paling dianggap berhasil mengembangkan dan mendidik generasi ulama pasa saat itu adalah Sunan Ampel yang mendirikan pesantren di Kembang Kuning, Surabaya. Hingga saat ini pendidikan pesantren telah mengalami perubahan dan dinamika yang sangat cepat seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman, sehingga corak dan warnanya juga beraneka-ragam  antara satu dengan yang lain. Konon, nama pesantren berkaitan dengan istilah shastri dari bahasa India yang berarti  orang-orang yang memahami kitab-kitab suci agama Hindu, atau pakar kitab suci Hindu (Arifin, 1992:3, lihat pula Geert, 1960:78). Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok) dengan kiai sebagai figur utama dan masjid sebagai pusat aktivitasnya. Seperti yang dikatakan oleh Raharjo (1985), bahwa pesantren sejak awal pertumbuhannya memiliki bentuk yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, sehingga tidak ada standarisasi yang berlaku bagi semua pesantren. Namun begitu, dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya pesantren memiliki pola umum atau elemen umum yang menjadi ciri khasnya misalnya adanya: kiai, masjid, santri dan tempat tinggal santri (asrama), serta pengajian kitab kuning. Disamping itu ada beberapa karakteristik pesantren yang secara umum meliputi: a). tidak ada batas umur bagi seseorang untuk nyantri (belajar di pesantren), b). tidak ada batas waktu dalam pendidikan (life long education), c). tidak ada ikatan (bebas) untuk memilih pengajian kitab sesuai yang diinginkan.  Disamping itu secara umum ada pola yang sama dalam sebuah pesantren, yaitu, dari segi fisik yang terdiri dari empat komponen pokok yang selalu ada dalam setiap pesantren, misalnya: 1. kiai sebagai pimpinan, pendidik dan tokoh panutan, 2. santri sebagai peserta didik atau siswa, 3. masjid sebagai tempat berjama’ah shalat dan kegiatan belajar-mengajar, 4. pondok sebagai tempat tinggal santri. Sedangkan dari segi non-fisik, yaitu pengajian yang disampaikan dengan berbagai metode yang secara umum memiliki keragaman, meski tidak mendasar sifatnya. Pada awalnya pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang  diselenggarakan dengan cara non-klasikal, dimana seorang kiai mengajar  para santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dengan bahasa Arab tanpa harakat --yang sering disebut  dengan kitab gundul-- oleh para ulama’ abad pertengahan (antara abad 12-16) yang menggunakan tempat di rumah kiai,  masjid, atau teras asrama. Pesantren demikian ini sering disebut dengan pesantren salaf, tradisional. Sebutan pesantren tradisional terkait dengan sistem pembelajaran dan kurikulum. Pesantren disebut salaf, tradisional biasanya dikaitkan dengan antara lain: metode pembelajarannya yang khas pesantren murni, kurikulumnya yang tidak mengadopsi kurikulum sekolah, dan aturan lain yang terkait dengan ketertutupan terhadap modernisasi, misalnya: santri dilarang membaca koran, majalah, memutar radio/tape, melihat Televisi dst. Sementara pesantren modern dikaitakan dengan keterbukaannya dengan sistem pendidikan dan manajemen  sekolah yang modern. Materi yang diajarkan dalam pesantren meliputi berbagai disiplin ilmu pengetahuan agama, meliputi: tauhid (teologi), tasawuf (sufisme) dan akhlak, fiqh (hukum Islam), dan bahasa Arab. Metode pengajaran yang disampaikan dalam pesantren pada umumnya juga meliputi: metode wetonan dan metode sorogan/bandongan, Metode wetonan dimaksudkan adalah, kiai membacakan kitab tertentu dalam waktu tertentu sementara santri dengan membawa kitab yang sama mendengarkan sambil memberikan catatan-catatan penting sesuai dengan penjelasan kiai. Metode sorogan adalah santri diminta untuk membacakan kitab pilihan, sementara kiai mendengar dan memperhatikan bacaanya sekaligus mengoreksi jika ada kesalahan bacaan. Metode ini biasanya dilakukan oleh beberapa santri (terbatas). Pesantren sebagai pendidikan tertua di Indonesia, memiliki asset besar dari aspek pebinaan watak, al: adanya perhatian besar kiai terhadap santri, rasa hormat dan tawadhu santri terhadap kiai, hidup sederhana, hemat dan mandiri, kesetiakawanan dan saling menolong, disiplin serta tahan uji. Dalam kehidupan pesantren terlihat leburnya sikap individualisme dan egoisme. Apalagi kalau dikaitkan dengan persoalan pengangguran, pesantren tidak akan khawatir dengan pekerjaan, sebab seperti penilaian Nurcholis Madjid, pesantren memang tidak menjanjikan promise of job (Pesantren, 9/2,1997). Meski begitu mereka memiliki modal dan semangat bekerja yang tinggi. Tujuan pendidikan pesantren yang asasi adalah untuk mencetak manusia berilmu dan bertakwa. Dua hal: ilmu dan takwa harus dimiliki seorang santri. Sebab menurut doktrin pesantren, berilmu saja tanpa disertai takwa  akan menjadi riskan, begitu pula sebaliknya. Kini upaya pembenahan sistem pendidikan pesantren (pengembangan dan pembaharuan) sudah banyak dilakukan. Sistem “Madrasah dalam Pesantren”, dinilai oleh Mukti Ali sebagai sistem pendidikan yang paling baik. Sebagian pesantren kini sudah dilengkapi dengan pendidikan ketrampilan, pertanian, pertukangan, kepramukaan, seni dan olahraga. Dengan demikian dalam pendidikan pesantren akan terhimpun tiga komponen: seni, ilmu, dan agama (Pesantren, 2/1987). Dewasa ini pesantren juga sudah banyak yang memiliki sekolah umum seperti SMP, SMU dan madrasah negeri seperti MTsN dan MAN, begitu pula sudah bermunculan perguruan tinggi. Ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan zaman, tanpa kehilangan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan agama.       ____________ *Makalah disampaikan dalam forum Studi tentang Islam (SItI) di Institut Pendidikan Theologia (IPTh) Balewiyata, GKJW, 03 Februari 2001. *M. Zainuddin adalah alumnus Pesantren Bahrul ‘Ulum, Tambakberas Jombang.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up