MUHARRAM TAHUN INTROSPEKSI DIRI
Dr. HM. Zainuddin, MA Senin, 11 November 2013 . in Wakil Rektor I . 3196 views

Para Hadirin rahimakumullah

Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah swt. Karena dengan iman dan takwa kepada Allah swt. Kita akan dimudahkan segala urusan kita, dan Allah akan memberikan jalan keluar yang terbaik bagi kehidupan kita.

Para Hadirin rahimakumullah

Sembilan hari lagi kita akan memasuki tahun baru 1430 hijriyah, atau bulan Suro, Muharram. Marilah sejenak dalam kesempatan yang berbahagia ini kita merenungkan peristiwa besar ini dalam sejarah Islam. Apakah sesungguhnya bulan Muharram atau  awal bulan untuk hitungan kalender Islam ini. Istilah suro yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya Jawa, berasal dari ‘asyura (bahasa Arab) yang berarti  kesepuluh (maksudnya tanggal 10 bulan suro). Istilah itu kemudian dijadikan sebagai bulan permulaan hitungan dalam takwim jawa. Sementara itu dalam Islam, istilah suro sebagaimana yang telah dipahami oleh mayoritas masyarakat Islam, adalah bulan Muharam. Muharam adalah bulan yang telah lama dikenal sejak pra Islam. Kemudian di zaman Nabi hingga Umar Ibnu Khattab diresmikan sebagai penanggalan tetap Islam. Secara bahasa Muharam berarti bulan yang diutamakan dan dimuliakan. Muharam penuh dengan berbagai peristiwa sejarah baik kenabian maupun kerasulan. Kenapa disebut suro? Karena dalam bulan ini berbagai peristiwa penting terukir dalam sejarah. Beberapa peristiwa penting terkait dengan suro itu misalnya peristiwa para Nabi dan Rasul Allah. Nabi Adam as. diterima taubatnya ketika masih berada di surga dan ketika itu pula Adam dan Hawa sedang beribadah kepada-Nya. Nabi Idris memperoleh derajat luhur atas sikap kasih sayangnya terhadap sesamanya. Nabi. Nabi Nuh terlindungi dari bahaya banjir bersama umatnya yang patuh. Nabi Ibrahim terhindar dari bahaya api dan fitnah raja Namrud. Nabi Yusuf bebas dari tahanan raja Mesir akibat tuduhan zina dengan Dewi Zulaichah. Nabi Ya’qub sembuh dari penyakit mata karena menangisi anaknya Yusuf yang telah lama menghilang. Nabi Yunus bisa keluar dari perut ikan Hiu, sebagai tempat persembunyiannya ketika ia dikejar-kejar umatnya. Nabi Sulaiman memperoleh istana indah. Nabi Daud disucikan dari segala dosanya. Nabi Musa Musa memperoleh anugerah kitab Taurat ketika berada di bukit Tursina (Sinai), demikian pula ia selamat dari kejaran Fir’aun dan kaumnya (bani Israil). Nabi Muhammad SAW memperoleh Al-Quran sebagai pegangan hidup bagi umatnya sepanjang masa. Setiap menyambut bulan Muharram, umat Islam sedunia menyadari pentingnya makna bulan ini. Sejak itu pula Muharam yang menjadi permulaan bulan diperingati sebagai awal kebangkitan. Di bulan ini, sambil memperingati tahun baru hijriah, umat Islam menyelenggarakan berbagai kegiatan Islami yang bermanfaat, berbagai acara: majlis ta’lim, kajian-kajian keislaman, seminar dan sebagainya diadakan di mana-mana untuk menyambut abad kebangkitan Islam itu. Tahun baru hijriah atau Muharam sering kita jadikan sebagai momentum untuk menempatkan kita sebagai lakon dalam sejarah kemanusiaan. Setiap kali ingat Muharam kita menjadi optimis, karena pada momen itu Islam pernah membawa bendera peradaban dunia. Pada bulan Muharam itu pula Tuhan membuka luas rahmat-Nya, sehingga manusia dianjurkan untuk berlomba-lomba memperoleh rahmat itu. Tetapi sayang, kebanyakan orang tidak paham dengan peristiwa itu. Mereka justru banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan pada bulan itu. Mereka juga tidak bisa menangkap kata-kata bijak dari moyang kita dulu. Ungkapan mandi dalam 1 suro itu saja juga disalahmengertikan. Lalu apa arti mandi itu? Mandi berarti membersihkan dan mensucikan kotoran atau najis. Ini berarti isyarat bahwa pada malam 1 suro itu orang harus mensucikan dirinya dari segala dosa dan perbuatan munkarat-nya dengan memohon magfirah Allah Sang Maha pengampun. Kemudian meniti hidup baru dengan langkah yang lebih positif serta semangat baru pula.   Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Jum’ah rahimakumullah, Setidaknya ada empat hal yang perlu kita perhatikan dalam menatap masa depan ini:
  1. Supaya kita selalu memperhatikan sejarah masa lalu, untuk cermin dan pelajaran masa kini dan mendatang;
  2. Supaya kita introspeksi dan mawas diri dalam meniti hidup ini;
  3. Supaya kita bertaubat kepada Allah SWT;
  4. Supaya kita berbuat lebih baik dari  tahun sebelumnya;
  Kaum Muslimin Rahimakumullah, Pertama, memperhatikan peristiwa masa lalu ini penting, supaya kita bisa mengambil hikmah dari peristiwa yang sudah berlalu. Allah SWT melalui al-Qur’an al-Karim telah memperingatkan kita semua, supaya memperhatikan peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan mengantisipasi perkembangan zaman, sebagaimana firman-Nya:       Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah manusia memperhatikan apa yang telah terjadi (pada masa lalu) untuk (pelajaran) hari esok (masa mendatang). Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah senantiasa mengetahui apa yang telah kamu perbuat.   Dalam al-Qur’an banyak dikisahkan sejarah kehidupan umat dan kaum-kaum terdahulu. Bagaimana kisah keteladanan para Nabi dan para Rasul  yang selalu taat dan berbuat sabar dalam melaksanakan perintah-perintah Allah SWT sehingga diberikan pertolongan dan  perlindungan-Nya, begitu pula sebaliknya  bagaimana ada sebagian kaum dan umat yang ingkar dan durhaka sehingga diberikan azab. Marilah kita memperhatikan kisah kaum durhaka pada masa Nabi dahulu: Kisah kaum Nabi Nuh as. misalnya, pada masa itu seluruh penduduk bumi ditenggelamkan oleh banjir sampai ketinggian airnya mencapai puncak gunung. Pada waktu itu tidak ada yang selamat kecuali para pengikut Nabi Nuh yang turut menumpang kapal. Kisah ini direkam dalam Al-Qur'an surat Al-Firqan: 37:     "Dan (Kami telah membinasakan) kaum Nabi Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-sasul mereka. Kami menenggelamkan mereka dan Kami menjadikan mereka sebagai pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah memberikan azab yang pedih bagi orang-orang yang zalim"   Dalam kisah kaum Nabi Hud, yaitu kaum 'Ad, mereka diterpa oleh badai yang amat dahsyat selama tujuh hari, mereka bergelimpangan bak pohon kurma yang lapuk bertumbangan. Ternak, sawah-ladang dan seluruh pemukiman hancur lantak dibinasakan oleh badai tersebut. Sebagaimana yang direkam dalam al-Qur'an surat Hud: 59:   "Dan itulah kaum 'Ad yang telah mengingkari ayat-ayat Allah dan memusuhi para Rasul-Nya, mereka (hanya) menuruti perintah penguasa-penguasa mereka yang takabbur lagi menentang kebenaran" Demikian juga pada kisah kaum Tsamud, pada zaman Nabi Shalih as. Mereka sambar petir dan guntur hingga menyebabkan mereka mati di tempat pemukiman mereka. Diceritakan dalam Al-Qur'an surat As-Syams:11: "Kaum Tsamud telah mendustakan para Rasul-rasul Allah, mereka pun melampaui batas". Demikian juga kaum Nabi Luth dihujani batu, dengan sebab yang sama yaitu, mereka mendustakan para Rasul Allah (Disebutkan dalam surat As-Syuara':160-161). Dan masih banyak lagi kisah kehancuran yang dialami oleh kaum-kaum zaman dulu yang memusuhi utusan-utusan Allah, yang melawan kebenaran yang datang dari Allah SWT. seperti kaumnya Nabi  Syu'eb dan Nabi Musa. Mereka diazab oleh Allah karena mereka berbuat zalim. Kedua, hendaknya kita introspeksi dan mawas diri dalam meniti hidup ini, hasibu anfusakum qabla an tuhasabu; Ketiga, hendaknya kita bertaubat kepada Allah SWT. Kullu Bani Adam Khathaun wa khairu al-Khatthain al-Tawwabun; Keempat, hendaknya kita berbuat lebih baik dari  tahun sebelumnya, Man kana yaumuhu khairun min amsihi fahua rabihun, wa man kana yaumuhu syarrun min amsihi fahuwa khasirun.   Terakhir,  marilah kita berdoa kepada Allah SWT, mudah-mudahan kita termasuk orang yang beruntung,  dimudahkan semua urusan kita,  selalu diberikan inayah diampuni segala dosa dan kesalahan kita,  setiap saat dan waktu. Amin ya mujibassailin.    

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up