REMAJA DAN KECENDERUNGAN RELIGIUSITAS
Dr. HM. Zainuddin, MA Jumat, 8 November 2013 . in Wakil Rektor I . 14665 views
Dari segi usia  manusia tumbuh dan berkembang dalam tiga tingkatan. Pertama, tingkat kanak-kanak, kedua tingkat remaja dan ketiga, tingkat orang tua.dengan demiian remaja merupakan sosok manusia yang berada dalam tingkat pertumbuhan kedua bagi tingkat pertumbuhan manusia. Predikat remaja biasa disandangkan bagi seseorang yang berusia antara 13 tahun hingga 22 tahun, di mana masa usia tersebut merupakan masa perubahan, baik fisik maupun psikis. Gejolah psikologis bagi usia remaja tersebut begitu mewarnai kepribadiannya yang nampak dalam perilaku dan sikap keagamaannya (religusitas). Karakteristik umum dari perasaan keagamaan pada masa remaja adalah kesadaran. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan, baik fisis maupun psikis. Misalnya perubahan emosional,dari tidak senang kepada orangtuanya sampaikepada taut berpisah dengannya.  Afsu seks begitu meledak-ledak dan menyulut perasaan berdosa dan membuatnya gelisah. Krisis masa remaja mencapai puncaknya kira-kira pada usia 17 tahun. Pada saat ini potensi-potensi yang ada pada dirinya juga mulai nampak, munculnya kreativitas dan perkembangn intelektual, demikian juga kecenderungan berpikir kritis dalam merespon persoalan yang dihadapi termasuk kecenderungan beragama. Ada tiga kecenderungan bagi remaja dalam kecenderungan berpikir kritis dalam merespon kesadaran beragama: pertama, semangat keagaam; kedua, skeptiss dan ketiga, ateis.  
  1.                                   1.  semangat keagamaan
semangat keagamaan merupakan manifestasi dari kesadarankeagamaan yag pertama. Perkembangan baru mendorong remajauntuk melihat kembali sikapnya terhadap alam secara umum dan agama secara khusus. Semangat ini merupakan penegasan kedirianmelaluj jalanagama ygn menjadi arena penting untuk pengungkapan diri. Terdapat dua manifestasi dari semangat keagamaan ini: pertama, semangat positif dan kedua semangat mitis. Semangat positif adalah seemagnatn keagamaan yag berusaha terbebas dariunsur bid’ah dantakhayyul/khurafat serta meninggalkan tradisi-tradisi yang dianggap sesat. Sikap demikian dianggap sebagai sikap pembaharu agama (mujaddid) yang berusaha membersihkan agama dari hal-hal yang berbau mitos dan memberantas kejumudan dan taklid buta. Remaja yang beriman berusaha mengembangkan agama sesuai dengan perkembangan didinya. Antusiasme terhadap ini pada hakikatnya merupakan antusiasme untuk memperkuat kedirian dan kepercayaannya. Jika remaja yang bersemangat positif ini mempunyai kepribadian yang extrovert, maka ia akan terdorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan eksternal untuk mengadakan perbaikan/pembaharuan agama, seperti pelayaan sosial atas nama aagama danpelayanan akeadamaan murni. Coarak sosial dari semangat keagamaanini terkadang dibarengi dengn kecenderung apada toleransi beragama. Pemahaman agama dan interaksi  ajarannya tidak menghalangi seorang remaja untuk bergaul secara akrab dengan pemeluk-pemeluk agama lain. Misalnya ada soeerang remaja islamyagnmenjadi anggota aktif sebuahorganisasi Islam, tetapi ia juga berpartisipasi aktir dalam bidang kebudayaan dalam sebuah organisasi kristen. Dia tidak merasa terikat dengan terikat dengan kepentingan satu umat (Islam), saja, tetapi juga merasa cinta dan bertanggung jawab terhadap seluruh umat manusia. Dalam mistissime Islam misalnya kita mengenal konsep wahdat al-adyan sebagaimana yagndipahami oleh Ibu ‘Arabi. Remaja yang berkepribadian extrovert juga aktif dalam kegaitansosial, sepertri membaca buku, menonton film dan tidak menemui kesulitandalam melakukan adaptasi dengnlingkungannya. Pada remaja yang berkepribadian extrovert dan bersemangat positif juga punya kecendeerungan berpikir kritis dan sering tidka puas dengan status quo, sehingga kadang-jkadang mereka juga skeptis. Adapun remaja yang berkepriadian introvert , berada dengan remaja yang berkepribadian extrovert di mana ia merasa cukup dan teken for granted dengan kehidupan keagamaannya, merasa aman dan tak peduli dengan dunia serta realitas sosial. Kecenderungan demikian merupakan eskapisme kerdil. Semangat introvert  ini merupakan manifestasi dari ketakutan terhadap problem kehidupan. Semangat mitis adalah semagat berpikir sederhana dan berkecenderungan obsesional,, denganmenhindari bahaya-bahaya lewat magic bukan lewat jalan rasional. Kebalikan semangat positif, semanat mitis ini lebih berbau bid’ah, khurafat dan takhayyul, seperti kepercayaan/ketergantungannya terhadap dukun-dukun dan jimat-jimat, animisme dan dinamisne. Sebagaimana halnya semangat positif, semanart mitis juga memiliki aspek extrovert dan introvert . Semangat  mitis-extrovert tidak hanya sekadar ashir dengnakepercayaan dankhayalan-khayalan, tetapi juga memperlihatkan dan menjadikannya sebagai jalan dalam pergaulan sosial. Sedang semangat mitis-intovert hanya asyik dengan dirinya sendiri dan tidak menampakkan pada orang lain. Semangat mitis dengan kedua aspeknya ini menjdikan agama sebagai magic dan tabu.  
  1.                          2.  Sikap Skeptis
Sikap skeptis merupakan manifestasi kedua dari kecenderungan keagamaan yang muncul berbarengandengan kematangan intelektual dan kemampuan berpikir kritis. Unsur intelektual mendominsai kesadarankeagamaan di masa akhir remaja sebagiaman unsur emosi dominan di masa awalnya. Oleh sebab itu di paruh kedu amasa remaj aia memmiliki peluang besar untuk skeptis, terutama jika pendidikan agama di masa kefil diterima sebagai paksaanatau warisan ornag tua. Sikap skeptis bagi remaja berbeda-beda sesuai dengan karakteristik, kecerdasan, kondisi pengetahuannya. Ada hubungan antara sikap skeptis dengan usia. Bagai remaja usia 17-20 tahun sikap skeptisnya sangat tinggi. Sikap tersebut terjadi sebagai hsil dari pernungan intelektualnya.  
  1.  3.  Kecenderungan Ateis
  Bagi remaja di bawah usia 20 tahun kecenderungan ateis itu hanya sebagai show of force, gagah-gagahan. Memang banyak remaja yang mengaku ateis, tetapi itu hanya merupakan ungkapan yang timbul dari keinginan untuk bebas dan berontak terhadap kondisi yang dianggap membelenggunya, sakral. Sejujur-jujurnya pengakuan ateis sesungguhnya hanyalah tidak lebih dari pemberontakan terhadap terhadap Tuhan. Hal yang demikianini merupakanfenomena umum di kalangan remaja. Kecenderungan ateis ini tidak ubahnya seperti  kecenderungan untuk secara lahir bebas dari orang tua, tetapi secara tidak sadar pula bergantugn kepada orang tua tersebut. Sikap ateis ini tidak lebih dari keraguannya terhadap kebijaksanaan Tuhan yang dianggapnya berat sebelah dan tidak adil. Sikap demiian ini karena pegaruh dorongan seksual dan juga faktor ilmu pengetahuan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ISLAM DAN MASALAH REMAJA

 

 

  1. Remaja dalam kajian Islam menggunakan istilah As-Syabab atau al- Fata. Bentu jamaknya adalah as- Syubban dan al-Fityah . Term al-Fityah dijumpai dlam al-Qur’an surat al-Kahfi (18:10,13). Sedangkan term as-Syubban atau as-Syabbab dijumpai dalam hadis :
  2. Ilmu jiwa membagi perkembangan anak manusia kepada beberapa periode. Masa remaja adalah slah ssatu periode perkemabangannya, yang disebut Daur as-Syabab. Setelah melewati daur as-Shaba (masa bayi) dan daur at-Thufullah (masa anak-anak). Dan periode sesudahnya disebut dengan daur ar-Rujuliyah dan daur as-syaikhah.
  3. Dilihat dari kaca mata syari’ah, remaja adlah orang yang menginjak aqil baligh yang memasuki kategori mukallaf, yaitu orang sudah mendapat beban kewajiban melakukan syari’at. Indikasinya biasanya ditandai dengan mentruasi bagi wanita, dan mimpi indah (erotic dream) bagi laki-laki ( + 10- 15 tahun).
  4. Periode ramaja juga di sebut sebagai periode strum and drug (Strom and Stress) yaitu keadaan pancaroba, antara lain menyangkut prilaku seksual dan kriminal yang sering disebut dengan kenakalan remaja (junvenile deliquency).
  5. Pada masa remaja banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma dan hukum. Motivasi perbuatannya adalah ingin mendapatkan perhatian, status sosial dan penghargaan atas eksistensi dirinya. Dengan kata lain, kenakalan remaja merupakan bentuk pernyataan eksistrensi diri ditengah-tengah lingkungan dan masyarakatnya, Salah satu penyimpangan prilaku tersebut adalah prilaku seksual. Sementara salah satu bentuk pelanggaran hukum adalah minum-minuman keras, mengkonsumsi obat-obat terlarang, ganja dan zat adiktif lainnya.
  6. Remaja kota, baik kerena kelahiran maupun karena imigrasi untuk tujuan belajar, berada di tengah-tengah kosmopolitanisme budaya sebagai akibat dari arus globalisasi. Globalisasi terjadi sebagai konsekuensi logis dari perkembangan IPTEK yang tak terbayangkan sebelumnya. Globalisasi telah mendapat kehidupan manusia dari hari ke hari semakin mudah. Akan tetapi di pihak lain globalisasi juga menimbulkan masalah besar. Banyak orang yang teralinasi di tengah kehidupan yang moderen dan mewah. Sementara kehidupan serupa bagi kebanyakan remaja telah menimbulkan sok budaya (culture shock).Tidfak heran jika kemudian mencari jalan keluar yang keliru melalui berbagai pelampiasan mengkonsumsi obat-obat terlarang, kokain, heroin, sabu-sabu, pil koplo dan segala jenis menuman yang memabukkan yang terlarang.
  7. Dalam ajaran Islam, pendidikan anak dimulai sejak berada dalam gua garaba ibu sampai akhirnya hayatnya. Pendidikan tersebut diharapkan mampu melahirkan anak yang sesuai dengan nilai-nilai fitrahnya, sebagi manusia yang suci dan baik. (lihat QS. At-Tin, al-Ashr dan juga al-Hadis).
  8. Sesuai dengan misi risalahnya, nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah SWT. untuk memperbaiki ahkalak manusia (akhlak mahmudah). DFEngan akhlak yang baik doharapkan tercipta kehidupan yang aman dan damai, jauh dari tindak kekerasan dan dishumanisme.
  9. Eksistensi remaja ditentukan oleh nilai ilmu dan taqwa. Jika keduanya tidak ada, maka hilanglah predikat remaja tersebut.

(Author)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up