GEMA-“Al Quran bukanlah naskah mati yang tidak berkomunikasi dengan pembacanya”. Statement ini mungkin sering menghantui dalam perenungan kita. Atas dasar inilah Festival Jazirah Arab (FJA) ingin mengangkat kembali nilai yang ada dalam Alquran, utamanya nilai moral. Dalam tajuk Seminar Nasional “Sastra dan Moralitas al Quran” yang menghadirkan langsung seorang pakar jebolan Universitas Al Azhar, Mesir Zuhairi Misrawi. Seminar yang dihadiri langsung oleh Dekan Fakultas Humaniora ini dilaksanakan di Home Theatre Fakultas Humaniora. (6/11)

“Al Quran tidak bicara pada dirinya sendiri!” ungkap pemateri dalam keterangannya. Lelaki kelahiran Sumenep, 5 Februari 1977 tersebut menganggap bahwa kebanyakan umat Islam hanya sekedar membaca Alquran. Padahal Alquran merupakan teks atau nasakah yang hidup dan mampu berkomunikasi dengan pembacanya. Banyak pendekatan yang bisa dilakukan, salah satunya dengan sastra. Pendekatan dengan sastra yang lebih cenderung menggunakan imaginasi tingkat tinggi akan menghadirkan pemahaman yang berbeda tentang Alquran. Sehingga dengan imaginasi ini Alquran akan menjadi lebih hidup. Nuansa yang dihadirkan pun akan menjadi berbeda. Misalnya saja kisah-kisah dalam Alquran, kita tidak harus tahu secara pasti akan kebenaran cerita tersebut secara logis, akan tetapi kita harus yakin bahwa kisah ini mempunyai nilai moral yang harus diteladani.

Dalam seminarnya ini, mantan koordinator Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia Nahdhatul Ulama’ (Lakpesdam NU) tahun 2000-2002 ini mengatakan bahwa pembagian Alquran, Makkiyah dan Madaniyah bukanlah hal yang sangat penting yang harus diperhatikan. Karena terdapat hal-hal yang lebih urgen untuk dibahas, yaitu makna Alquran. Menurut pendapat salah satu lulusan TMI Al Amin ini, sastra dapat menjadi sebuah pilihan pendekatan untuk memahami Alquran. Karena sastra mampu masuk dalam rongga-rongga teks yang jarang sekali orang masuk melalui jalan ini. (nhl)