" /> " />
PROF. HAEDAR NASHIR: BELAJAR DEWASA SIKAPI PERSELISIHAN
Iffatunnida Kamis, 11 Juni 2020 . in Berita . 1399 views

 2778_nasir.jpg

Penulis & Editor: Iffatunnida

GEMA-Begitu banyak konflik yang terjadi di negeri ini pada waktu yang bersamaan. Apalagi di saat pandemi Covid-19 (Corona Virus Disease), banyak sekali oknum yang dengan sengaja mencari bahan untuk mengadu domba masyarakat dan pihak pemerintah, khususnya. Seberapa keras kita berusaha, konflik dalam hidup manusia tidak akan pernah habis. Pasalnya, menurut Ketua Umum PP. Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. secara sosiologis, konflik akan selalu ada selama manusia hidup. Hal ini ia sampaikan pada webinar yang diselenggarakan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Kamis (11/6).
Ia menyatakan, walau konflik selalu ada, namun ujung dari konflik tersebut tetap bergantung pada manusia. Apakah ingin diselesaikan atau dibiarkan berkepanjangan dan berkelanjutan. Sayangnya, banyak sekali konflik di kehidupan manusia yang dibiarkan tanpa solusi. Alhasil, konflik pun berujung perpecahan. Maka, Prof. Haedar menegaskan,”Ada baiknya kita belajar dewasa untuk mencegah perpecahan.”
Menurut Bapak kelahiran Bandung tersebut, ada tiga faktor yang sering menimbulkan perpecahan. Pertama ialah ghonimah. Secara histori, ghonimah diartikan harta rampasan perang. Namun, dalam konteks kekinian, ghonimah dapat disamakan dengan tiga hal yaitu jabatan atau kekuasaan, harta, dan segala hal yang bersifat prestisius.
Yang sering terjadi, lanjut Prof. Haedar, ialah perpecahan karena kekuasaan. Segala cara dilakukan agar jabatan yang diincar didapatkan. Namun, seringkali cara yang ditempuh lebih ke arah negatif. Bahkan, konflik tetap terjadi ketika sudah mendapatkan jabatan incaran. “Jika (jabatan) sudah di tangan, akan susah dilepas. Akan dipertahankan walau harus mengorbankan persaudaraan,” lugas guru besar kelahiran 1958 ini.
Faktor kedua ialah perbedaan paham keagamaan. Ini sering terjadi di Indonesia dan negara-negara dengan mayoritas muslim karena banyaknya organisasi Islam dengan paham yang beraneka ragam. “Hal ini makin rumit saat konflik keagamaan bertemali dengan politik keagamaan,” imbuh guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tersebut.
Solusi bagi perbedaan paham agama ini ialah dialog. Namun, menurutnya, walau solusi ini terlihat sederhana, praktiknya sangat susah. Banyak pihak yang terkadang tidak ingin duduk dan menyampaikan pendapatnya dengan kepala dingin. “Banyak yang gak sabar saat proses dialog. Semua ingin menang,” tutur Prof. Haedar.
Faktor penyebab perpecahan yang terakhir ialah faktor luar. Hal ini bisa saja dalam bentuk peperangan antar negara seperti yang terjadi di Palestina. Juga segala pemicu lain yang sering luput dari pengawasan. “Maka yang perlu kita lakukan untuk meminimalisir hal ini ialah bersikap seksama, waspada,” paparnya.
Webinar kali ini bertema Merawat Ukhuwah di Tengah Wabah. Selain Ketua Umum PP Muhammadiyah, sedianya, Ketua Umum PBNU juga didaulat menjadi narasumber. Namun karena agenda lain, maka Sekjen PBNU Dr. Helmy Faishal Zaini, M.Si. yang menggantikan. (nd)

(INFOPUB)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up