CPL PRODI HARUS SELARAS DENGAN KKNI
Iffatunnida Senin, 13 Juli 2020 . in Berita . 659 views
2835_pepen.jpg

GEMA-Dalam webinar bersama Direktur DIKTIS yang digagas UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pepen Arifin, Ph.D., pakar yang berperan penting dalam proses akreditasi di Institut Teknologi Bandung menjelaskan hal apa saja yang perlu disiapkan dalam proses akreditasi internasional oleh lembaga ASIIN, Jerman, Senin (13/7). Salah satu yang diperhatikan oleh ASIIN ialah Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) prodi atau kualitas output yang dihasilkan.
Untuk mengukur sejauh mana kualitas CPL di prodi suatu universitas tentu harus merujuk pada kurikulum yang digunakan dan yang berlaku. Karena perguruan tinggi di Indonesia menggunakan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 6, maka CPL yang dirancang harus selaras. “Jangan sampai CPL yang kita rancang lebih rendah dari KKNI karena itu berarti kualitas lulusan kita jauh dari standar,” jelas dosen Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, ITB ini.
Menanggapi pemilihan ASIIN sebagai lembaga akreditasi yang dipilih oleh DIKTIS Kementerian Agama, Pepen pun membagi pengalamannya. Hal ini ia sampaikan karena ia sudah sekitar 10 tahun menjadi bagian dari Unit Penjaminan Mutu ITB dan mengawasi proses akreditasi beberapa prodi yang menggunakan jasa lembaga ASIIN.
Ia menuturkan, ASIIN (Akkreditierungsagentur fur Studiengange der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik) adalah suatu lembaga akreditasi atau sertifikasi kredibel dari Jerman. Lembaga yang didirikan pada 1999 ini sudah berpengalaman dalam mengakreditasi lembaga maupun universitas yang selaras dengan keilmuan yang dituju di Jerman sendiri juga di beberapa negara terkemuka. ASIIN hanya berkutat dalam sertifikasi di beberapa bidang, yakni Ilmu Teknik, Ilmu Komputer, Ilmu Alam, Matematika, dan Keilmuan Interdisipliner yang masih sesuai dengan bidang yang tersebut. Akreditas yang dikeluarkan ASIIN berlaku lima tahun layaknya lembaga akreditasi lainnya.
Bagaimana biayanya? Pepen menyatakan, proses akreditasi ASIIN untuk satu prodi dapat menghabiskan 350 hingga 400 juta rupiah. Ini adalah hitungan kasar biaya pendaftaran akreditasi termasuk akomodasi saat mendatangkan asesor dari Jerman. Dalam sekali perjalanan asesmen, ASIIN akan mengirimkan empat orang asesor sekaligus. “Biaya pesawat dari Jerman ke Indonesia untuk sekelompok asesor saja sudah sekitar 80 juta, tidak termasuk penginapan dan lainnya,” jelas salah satu asesor AUN-QA ini.
Jika dibandingkan dengan biaya pendaftaran akreditasi BAN-PT dan AUN-QA, ASIIN terbilang mahal. Namun, Pepen melanjutkan, mahal atau tidaknya itu relatif. “Biaya yang kita keluarkan untuk melengkapi dan memperbaiki sarana-prasarana di universitas bahkan bisa sepuluh kali lipat lho,” sambungnya. Untuk mengantisipasinya, saat mendaftar akreditas di ASIIN, jangan hanya satu prodi yang diajukan. Kampus bisa mengajukan beberapa prodi sekaligus agar dapat menghemat biaya. (nd)

(INFOPUB)


Berita Terkait


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up