HUMAS UIN MALANG - Prof. Dr. Mundi Rahayu, M.Hum, resmi menyandang gelar profesor setelah melalui prosesi pengukuhan yang khidmat di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ucapan selamat dan harapan untuk terus berkarya dan menginspirasi mengalir deras dari para kolega, dosen, dan rekan kerja. "Saya sangat bersyukur atas pencapaian ini. Semoga saya bisa terus berkontribusi dalam dunia pendidikan dan penelitian," ujar Prof. Dr. Mundi Rahayu, M.Hum, dengan senyum hangat. Rabu, 4 Desember 2024.
Perjalanan akademis Prof. Dr. Mundi Rahayu ternyata telah dimulai sejak usia dini. "Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, saya sudah memiliki ketertarikan pada dunia pendidikan dan penelitian," ungkapnya.
Dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk "Melampaui Representasi: Agensi Perempuan dalam narasi Film Islami.", Prof. Dr. Mundi Rahayu memaparkan hasil penelitiannya tentang representasi perempuan dalam film-film Islami seperti "Ayat-Ayat Cinta", "Ketika Cinta Bertasbih", dan "Mencari Hilal".
"Mengapa saya memilih untuk mengobservasi film?" tanya Prof. Dr. Mundi Rahayu, M.Hum, dengan nada penuh semangat. "Karena film adalah media yang powerful untuk merefleksikan norma sosial dengan perspektif yang berbeda," jawabnya. "Film-film Islami yang saya teliti menampilkan narasi perempuan sebagai individu mandiri, terdidik, dan tegas," lanjutnya. "Mereka juga menunjukkan bagaimana perempuan menegosiasikan identitasnya di antara ajaran agama dan tuntutan modernitas."
Melalui penelitian Prof. Dr. Mundi Rahayu, M.Hum, memberikan perspektif baru dalam memahami representasi perempuan dalam film Islami. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi bagi para pembuat film dan masyarakat luas tentang pentingnya menampilkan perempuan dengan citra yang positif dan realistis.
Dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk “Melampaui Representasi: Agensi Perempuan dalam Narasi Film Islami Indonesia”, Prof. Mundi menyampaikan pandangan mendalam mengenai peran film sebagai medium yang memengaruhi budaya dan memberikan ruang bagi perempuan untuk menegosiasikan identitas mereka.
“Budaya adalah hal yang biasa, ada di setiap masyarakat dan dalam setiap pikiran. Itu adalah makna dan praktik kehidupan sehari-hari. Studi budaya memberi kita kekuatan untuk menganalisis dan menantang bagaimana hal-hal ini dibentuk,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Film: Medium yang Melampaui Sekadar Hiburan
Prof. Mundi menjelaskan bahwa film adalah bentuk seni visual dan auditori yang tidak hanya menyampaikan narasi, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai, norma sosial, dan dinamika masyarakat. Merujuk pada pandangan Bordwell dan Thompson, ia menyebut film sebagai *“dokumen budaya yang kompleks, mencakup genre, gaya, dan teknik yang menggambarkan keragaman pengalaman manusia.”*
Dalam orasinya, Prof. Mundi juga memaparkan berbagai alasan mengapa film menjadi alat yang sangat penting dalam memahami budaya:
1. Pemahaman Budaya – Film merefleksikan nilai, keyakinan, dan pengalaman manusia, menjadi jendela untuk memahami norma sosial dan perspektif yang beragam.
2. Ekspresi Artistik – Teknik narasi dalam film memungkinkan komunikasi ide dan emosi yang kompleks.
3. Dampak Sosial – Film sering mengangkat isu-isu penting seperti identitas, politik, dan diskriminasi.
4. Berpikir Kritis – Film memicu dialog, menantang asumsi ideologis, dan membentuk persepsi.
Film Islami Indonesia: Antara Budaya dan Agama
Lebih jauh, Prof. Mundi menyoroti perkembangan film Islami di Indonesia, terutama setelah reformasi. Ia mencatat keberhasilan film seperti *“Ayat-Ayat Cinta”* (2008) sebagai tonggak penting yang mempopulerkan genre ini.
“Film Islami Indonesia mencerminkan perjuangan perempuan dalam menavigasi norma sosial dan ajaran agama. Mereka tidak hanya menjadi objek, tetapi agen aktif yang membawa perubahan,” jelasnya.
Sebagai contoh, ia mengutip film seperti *“Perempuan Berkalung Sorban”* (2009) yang menggambarkan perjalanan perempuan dalam mencari identitas di tengah tekanan budaya patriarkis. Film-film ini, menurut Prof. Mundi, mengangkat isu penting tentang pendidikan, keadilan sosial, dan kepemimpinan perempuan dalam kerangka religius.
Harapan untuk Masa Depan
Pengukuhan Prof. Mundi sebagai Guru Besar tidak hanya menjadi pencapaian pribadi, tetapi juga inspirasi bagi generasi muda, terutama perempuan, untuk terus menggali potensi diri dan berkontribusi pada dunia keilmuan.
“Peran perempuan dalam budaya, khususnya melalui media seperti film, adalah narasi yang terus berkembang. Kita perlu terus mendukung kajian-kajian yang mendorong kesetaraan dan pemberdayaan,” tutupnya.
Acara ini diakhiri dengan tepuk tangan meriah dan rasa bangga dari seluruh hadirin. Semangat Prof. Mundi untuk membawa perubahan melalui kajian budaya dan film Islami diharapkan dapat membuka cakrawala baru dalam dunia akademik dan seni di Indonesia.
Reporter : Fatma Aulia