Daftar Penulis: Iffatunnida


NAMA SEMBILAN PIMPINAN DIABADIKAN DI KAMPUS SATU
Jumat, 17 Juli 2020 . in Berita . 1272 views
2850_peresmian.jpg

GEMA-Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Prof. Dr. Abd. Haris, M.Ag. secara simbolis meresmikan nama-nama gedung di lingkungan Kampus 1. Tercatat ada sembilan nama mantan pimpinan yang diabadikan. Mulai dari pimpinan ketika kampus masih berstatus IAIN hingga beralih menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jumat (17/7). Peresmian dilakukan pasca pelaksanaan acara rutinan Khotmil Quran dan Istighosah di Ruang Kuliah Bersama (RKB Gedung D).
Sembilan gedung yang resmi memiliki nama ialah Gedung D diberi nama Prof. Dr. H. Moh. Koesnoe, S.H., Gedung Fakultas Humaniora diberi nama Gedung KH. Oesman Mansoer, Gedung Micro Teaching FITK diberi nama Drs. KH. Maksoem Oemar, Gedung Kuliah A menjadi Gedung Drs. KH. Abd. Mudjib, Gedung Kuliah B menjadi Gedung Drs. H. Moh. Anwar, Sc., Gedung Poliklinik UMMI menjadi Gedung Prof. Dr. Hj. Zuhairini, Gedung Pusat Informasi menjadi gedung Dra. M. Djumransjah Indar, M. Ed. Gedung C Pusat Pengembangan Bahasa menjadi Gedung Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si., dan Bangunan Menara setinggi 60 meter diberi nama Prof. Dr. H. Imam Suprayogo.
Prof. Haris mengungkapkan, inisiasi pengabadian nama-nama tersebut ialah sebagai penghormatan tertinggi atas jasa pimpinan terdahulu. Kesembilan nahkoda kampus tersebut telah mengabdikan diri untuk mengembangkan kampus berlogo Ulul Albab ini. "Semoga pemberian nama ini memberi semangat tersendiri bagi sivitas akademik UIN Malang,” harapnya.
Nampak hadir Prof. Dr. Imam Suprayogo dan Prof. Dr. Mudjia Rahardjo dalam acara tersebut. Sedangkan perwakilan keluarga almarhum dan almarhumah pimpinan lain juga turut hadir. Peresmian nama gedung ditandai dengan penandatangananan prasasti yang telah disiapkan. (aj/nd)

Lebih Lanjut »
WAKTUNYA PEREMPUAN JADI PEACEMAKER
Kamis, 16 Juli 2020 . in Berita . 405 views
2843_umi.jpg

GEMA-Melalui webinar yang dihelat Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. Umi Sumbulah, M.Ag. membahas keterlibatan perempuan dalam gerakan radikalisme, Kamis (16/7). Makin banyaknya jumlah perempuan dalam gerakan yang sering dikaitkan dengan kaum laki-laki itu, tentu menjadi PR bagi pemerhati kaum perempuan khususnya di Indonesia. Dalam paparannya, Prof. Umi menyatakan bahwa perempuan bisa menginisiasi diri sebagai agen perdamaian atau Peacemaker.
Mengapa harus perempuan? Nalurinya yang diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kelembutan dan rasa keibuan memungkinkan perempuan untuk menjadi agent of change. Menurut Prof. Umi, gerakan perdamaian dapat dilakukan dengan memperkuat pemahaman anti radikalisme dimulai dari keluarga kecil hingga lingkungan sekitar. Perempuan juga bisa mengkader banyak perempuan lainnya untuk menjadi daiyat yang fokus menyebarkan paham perdamaian. “Dengan begitu, seluruh elemen masyarakat dapat membangun kehidupan yang harmonis,” ujarnya.
Ia juga membahas faktor-faktor yang membuat perempuan tertarik masuk ke dalam gerakan radikalisme. Menurutnya, faktor religiusitas menjadi yang utama. Tak dapat dipungkiri jika perbedaan dalam memahami ajaran agama membuat sebagian orang membenarkan perbuatan-perbuatan radikal. “Mereka menganggap perbuatan tersebut merupakan simbol kemurnian agama,” imbuh Guru Besar Studi Islam itu.
Webinar bertema “Peta Intelektualisme Islam Pasca Orde Baru – Era Industri 4.0” ini digagas Pusat Studi Islam dan Masyarakat, Prodi Magister Studi Ilmu Agama Islam UIN Malang. Selain Prof. Umi Sumbulah, ada juga beberapa pembicara lain. Mereka ialah Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. (Wakil Rektor 1 Universitas Muhammadiyah Malang), Prof. Dr. Abd. Haris, M.Ag. (Rektor UIN Malang), dan Prof. Dr. M. Zainuddin, MA. (Wakil Rektor 1 UIN Malang). Selain dapat disaksikan melalui ruang virtual aplikasi Zoom, webinar ini juga bisa disaksikan melalui siaran langsung di saluran @PASCA UINMLG milik Pascasarjana UIN Malang. (nd)

Lebih Lanjut »
SMART CAMPUS: AKSES DATA 24 JAM NON-STOP
Rabu, 15 Juli 2020 . in Berita . 1405 views
2842_alfi.jpg

GEMA-UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengadakan webinar bertema “Pengembangan dan Implementasi SMART Islamic Kampus: Peluang dan Tantangan”, Rabu (15/7). Selain pembicara dari dalam kampus, dua narasumber utama diundang dari luar kampus. Mereka ialah Alfi Asman (Direktur Bisnis, Lintasarta) dan Muhammad Anshari, Ph.D. (Senior Assistant Professor dari School of Business & Economics, Universiti Brunei Darussalam). Saat menjelaskan komponen infrastruktur yang harus diperbaiki agar menjadi Smart Campus, Alfi menekankan pentingnya pusat data (Data Center). Menurutnya, harus ada kesiapan dalam database agar semua sivitas akademik dapat mengakses seluruh data yang diperlukan. “Data harus tersedia selama 24 jam. Non-stop!” tegas pria kelahiran Yogyakarta ini.
Untuk merealisasikannya, Alfi menuturkan harus ada personel yang disiapkan untuk mengatur data center. Seluruh individu yang bertanggung jawab harus memiliki bekal yang memadai untuk menangani dan menjaga data. Dengan begitu, data yang tersimpan akan reliable karena jauh dari kesalahan.
Selain data center, infrastruktur lain yang harus diperhatikan saat merintis Smart Campus ialah WiFi (Wireless Fidelity). Tentu akses ke dalam data kampus tidak akan bisa tanpa koneksi internet. Karenanya, harus dipastikan jika seluruh individu memiliki sambungan internet yang memadai menggunakan operator seluler. “Bisa juga memanfaatkan sinyal wifi yang tersebar di wilayah kampus,” tuturnya.
Terakhir, Intranet Access juga menjadi hal yang harus dipikirkan. Pihak kampus juga harus memastikan bahwa data kampus dapat diakses sivitas akademik dimana pun mereka berada. Karenanya VPN harus disiapkan agar sistem siap diakses kapan saja. (nd)

Lebih Lanjut »
ADA PEKERJAAN YANG AKAN HILANG BEBERAPA TAHUN LAGI
Rabu, 15 Juli 2020 . in Berita . 725 views
2841_ansh.jpg

GEMA-Mengikuti tren zaman, banyak hal yang dipermudah dan bahkan tergantikan oleh penggunaan teknologi. Dalam sesinya, Muhammad Anshari, Ph.D. (Senior Assistant Professor dari School of Business & Economics, Universiti Brunei Darussalam) mengajak peserta webinar untuk mulai mengantisipasi perubahan dengan melek teknologi, Rabu (15/7). Pasalnya, beberapa tahun ke depan akan ada beberapa pekerjaan yang tidak lagi dibutuhkan. Sebut saja kasir, pencuci piring, buruh, dan customer support.
Pernyataan ini ia keluarkan mengingat era Revolusi Industri 4.0 yang semakin menggeliat. Hal tersebut ditandai dengan makin familiarnya setiap individu dengan penggunaan gawai dan pemanfaatan aplikasi-aplikasi yang mempermudah aktivitas. “Di siklus ini pekerjaan jenis human-to-machine interaction akan lebih dibutuhkan,” tuturnya. Jenis profesi ini tidak dilakukan dengan manual. Segalanya tergantung kebutuhan yang dipenuhi dengan cara memanfaatkan teknologi. Beberapa pekerjaan yang termasuk dalam tipe ini ialah data scientist, application developer, cyber security, AI specialist, content creator, dan lainnya.
Menyikapi hal ini, lanjut Anshari, maka kampus perlu mendesain ulang kurikulum belajarnya. Tujuannya tentu agar lulusan yang dihasilkan nantinya lebih bersaing di era teknologi mutakhir dan modern. Istilah yang dipakai untuk perubahan kurikulum ini ialah Smart Campus. Dalam merubah imej kampus ini, ada tiga hal yang harus diperhatikan. “Pada dasarnya, smart campus membutuhkan smart people, smart technology, dan smart process,” jelas pria asal Indonesia ini.
Untuk merealisasikannya, maka kampus perlu membangun ekosistem digital. Tak hanya sekadar berkutat dan familiar dengan penggunaan teknologi, dalam ekosistem ini, kampus bertugas merubah ilmu yang dipelajari menjadi suatu inovasi. “Karenanya kita butuh smart people dalam perubahan ini. Smart people didefinisikan sebagai mereka yang berpengetahuan dan inovatif,” ujarnya.
Namun, karena UIN Malang adalah kampus yang berbasis Islam, maka ada tambahan lagi untuk definisi smart people, yakni wisdom (kebijaksanaan). Walaupun era teknologi mutakhir, kualitas karakter tiap individu tetap diutamakan. Di sinilah peran universitas berbasis Islam untuk menjadi factory of wisdom. Lulusan-lulusan kampus Islam, selain dipersiapkan menjadi individu yang bersaing juga harus memiliki kepribadian yang mulia. (nd)

Lebih Lanjut »
DUA PRODUK UIN MALANG MASUK KATEGORI INOVASI TERBAIK
Selasa, 14 Juli 2020 . in Berita . 694 views
2837_siperf.jpg

GEMA-Kementerian Agama mengumumkan 12 produk yang masuk dalam kategori inovasi pelayanan publik terbaik pada institusi naungannya, Rabu (8/7). Di antara yang tersebut, dua inovasi milik UIN Maulana Malik Ibrahim Malang termasuk dalam kategori itu. Keduanya ialah SiPERFORMA (Sistem Pelaporan, Informasi, dan Realisasi Anggaran) dan Koin Mami Kelor. Wakil Rektor Bidang AUPK Dr. Ilfi Nurdiana, M.Si. mengapresiasi kedua produk asli kampus yang mendapat sorotan tersebut. Ia pun menyatakan akan terus mendorong sivitas akademik UIN Malang agar terus berinovasi dan menguatkan layanan terutama yang berhubungan dengan masyarakat.
SiPERFORMA merupakan produk yang dibangun oleh Unit PTIPD (Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data). Ia merupakan aplikasi berbasis website untuk mempermudah pengelolaan anggaran. Dengan situs tersebut, masing-masing bagian di kampus dapat melaksanakan perencanaan, realisasi, hingga evaluasi anggaran secara kolaboratif di jalur daring. “Dengan begitu akan meminimalisir human error,” jelas Mukhlis Fuadi, Ketua PTIPD.
Ia melanjutkan, kelebihan utama SiPERFORMA ialah memiliki algoritma khusus yang dapat memproses ribuan baris data keuangan dengan cepat. “Hal ini tidak dapat dilakukan oleh aplikasi Spreadsheet Excel yang selama ini digunakan oleh sebagian besar pengelola keuangan di lembaga pemerintahan,” imbuh Mukhlis. Untuk kemudahan, PTIPD merancang agar SiPERFORMA dapat diakses melalui PC ataupun smartphone.
Mukhlis kembali menjelaskan bahwa aplikasi ini juga menyajikan informasi personal para dosen dan karyawan. Seperti, informasi gaji, remunerasi, dan lainnya. SiPERFORMA juga memberi notifikasi update melalui aplikasi berbagi pesan Telegram ke akun masing-masing individu. “Dengan begitu, segala pengelolaan keuangan bisa lebih mudah dan efektif,” tuturnya.

2836_prods.jpg


Inovasi kedua yang juga mendapat apresiasi Kemenag ialah Koin Mami Kelor. Salah satu pelopor, Eny Yulianti menjelaskan produk minuman herbal tersebut mulai dirintis sejak 2016. Ia beserta tiga rekannya merasa prihatin akan kondisi kesehatan masyarakat yang kian menurun. Sesuai dengan namanya, produk ini memanfaatkan daun kelor yang dapat ditemukan dimana saja. Karena kemudahannya, maka produk ini pun terbilang murah, sederhana, namun kaya manfaat.
Eny pun mengaku senang karena produk yang ia gagas beserta timnya diapresiasi Kemenag. Ia pun menaruh harapan agar produknya dapat dimanfaatkan dan juga menjadi gerakan masif di masyarakat luas. “Dengan begitu semoga ini menjadi jariyah kami,” tambahnya. Melalui produknya, ia ingin menunjukkan bahwa alam sekitar tidak bisa dipandang sepele. Meski sederhana, manfaatnya sangat besar dan aman dikonsumsi untuk jangka panjang. (ptt/nd)

Lebih Lanjut »
CPL PRODI HARUS SELARAS DENGAN KKNI
Senin, 13 Juli 2020 . in Berita . 658 views
2835_pepen.jpg

GEMA-Dalam webinar bersama Direktur DIKTIS yang digagas UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pepen Arifin, Ph.D., pakar yang berperan penting dalam proses akreditasi di Institut Teknologi Bandung menjelaskan hal apa saja yang perlu disiapkan dalam proses akreditasi internasional oleh lembaga ASIIN, Jerman, Senin (13/7). Salah satu yang diperhatikan oleh ASIIN ialah Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) prodi atau kualitas output yang dihasilkan.
Untuk mengukur sejauh mana kualitas CPL di prodi suatu universitas tentu harus merujuk pada kurikulum yang digunakan dan yang berlaku. Karena perguruan tinggi di Indonesia menggunakan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 6, maka CPL yang dirancang harus selaras. “Jangan sampai CPL yang kita rancang lebih rendah dari KKNI karena itu berarti kualitas lulusan kita jauh dari standar,” jelas dosen Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, ITB ini.
Menanggapi pemilihan ASIIN sebagai lembaga akreditasi yang dipilih oleh DIKTIS Kementerian Agama, Pepen pun membagi pengalamannya. Hal ini ia sampaikan karena ia sudah sekitar 10 tahun menjadi bagian dari Unit Penjaminan Mutu ITB dan mengawasi proses akreditasi beberapa prodi yang menggunakan jasa lembaga ASIIN.
Ia menuturkan, ASIIN (Akkreditierungsagentur fur Studiengange der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik) adalah suatu lembaga akreditasi atau sertifikasi kredibel dari Jerman. Lembaga yang didirikan pada 1999 ini sudah berpengalaman dalam mengakreditasi lembaga maupun universitas yang selaras dengan keilmuan yang dituju di Jerman sendiri juga di beberapa negara terkemuka. ASIIN hanya berkutat dalam sertifikasi di beberapa bidang, yakni Ilmu Teknik, Ilmu Komputer, Ilmu Alam, Matematika, dan Keilmuan Interdisipliner yang masih sesuai dengan bidang yang tersebut. Akreditas yang dikeluarkan ASIIN berlaku lima tahun layaknya lembaga akreditasi lainnya.
Bagaimana biayanya? Pepen menyatakan, proses akreditasi ASIIN untuk satu prodi dapat menghabiskan 350 hingga 400 juta rupiah. Ini adalah hitungan kasar biaya pendaftaran akreditasi termasuk akomodasi saat mendatangkan asesor dari Jerman. Dalam sekali perjalanan asesmen, ASIIN akan mengirimkan empat orang asesor sekaligus. “Biaya pesawat dari Jerman ke Indonesia untuk sekelompok asesor saja sudah sekitar 80 juta, tidak termasuk penginapan dan lainnya,” jelas salah satu asesor AUN-QA ini.
Jika dibandingkan dengan biaya pendaftaran akreditasi BAN-PT dan AUN-QA, ASIIN terbilang mahal. Namun, Pepen melanjutkan, mahal atau tidaknya itu relatif. “Biaya yang kita keluarkan untuk melengkapi dan memperbaiki sarana-prasarana di universitas bahkan bisa sepuluh kali lipat lho,” sambungnya. Untuk mengantisipasinya, saat mendaftar akreditas di ASIIN, jangan hanya satu prodi yang diajukan. Kampus bisa mengajukan beberapa prodi sekaligus agar dapat menghemat biaya. (nd)

Lebih Lanjut »
AGAR KONTRIBUSI KITA TAK HANYA UNTUK INDONESIA
Senin, 13 Juli 2020 . in Berita . 362 views
2834_ars.jpg

GEMA-Banyak dan berkembangnya jumlah perguruan tinggi Islam di Indonesia membuat Kementerian Agama ingin melebarkan sayap lebih luas lagi. Tak ingin perguruan tinggi di bawah naungannya hanya diakui di level nasional dan regional (ASEAN), kali ini Kemenag melalui Dirjen Pendis (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam) menyiapkan diri untuk akreditasi internasional. Dalam webinar yang dilaksanakan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Direktur DIKTIS (Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam) Prof. M. Arskal Salim, GP., MA., Ph.D. menyampaikan beberapa hal terkait persiapan akreditasi internasional melalui lembaga ASIIN Jerman, Senin (13/7).
Menurut Prof. Arskal, mendaftarkan suatu universitas ke lembaga akreditasi internasional merupakan langkah yang sudah seharusnya ditempuh. Kampus tentu tak cuma ingin diakui di level nasional dan regional, tapi juga di level internasional. Pengakuan suatu kampus akan berpengaruh pada kualitas lulusannya. “Kita mau kontribusi mahasiswa-mahasiswa kita lebih meluas di mancanegara dengan ilmunya, tidak cuma untuk negara sendiri,” jelas lulusan The University of Melbourne ini. Dengan begitu, akan ada generasi keluaran perguruan tinggi Islam Indonesia yang bisa speak up di mancanegara.
Ia melanjutkan, DIKTIS menyiapkan tujuh kampus yang kali ini akan didorong untuk mendaftar pada akreditasi ASIIN, sebuah lembaga akreditas kredibel dari Jerman. Ketujuh kampus tersebut ialah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Wali Songo Semarang, UIN Alaudin Makasar, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kemenag melalui DIKTIS memiliki tiga tahapan dalam mendorong dan memperlancar proses akreditasi kampus. Pertama, DIKTIS memberi tiga dukungan yakni sumber daya, finansial, dan juga dukungan regulasi. Dalam tahapan awal ini, kampus akan dibina mengenai apa saja yang harus dipersiapkan untuk akreditasi. Tahap kedua ialah proses akreditasi atau sertifikasi. Di tahap ini, DIKTIS akan memberikan hak penuh pada pimpinan di tiap institusi untuk menindaklanjuti pembinaan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Di sini, pimpinan harus menyiapkan segala hal termasuk borang yang akan diajukan saat pendaftaran formal ke board of accreditation. Tahap terakhir ialah pasca akreditasi. “Di tahap ini, kampus perlu mengadakan laporan kinerja tahunan untuk mengetahui apakah borang akreditasi dan pelaksanaannya sesuai,” papar Prof. Arskal. (nd)

Lebih Lanjut »
MENCARI & BERBAGI ILMU DI WEBINAR
Kamis, 9 Juli 2020 . in Berita . 449 views
2831_web.jpg

GEMA-Website Seminar atau yang lebih dikenal dengan Webinar mulai menjadi primadona saat masa pandemi Covid-19 (Corona Virus Disease), khususnya di ranah pendidikan. Webinar makin diminati saat orang-orang merasa bahwa upgrade informasi harus tetap jalan dengan tetap menerapkan aturan social and physical distancing. Seiring dengan merebaknya pelaksanaan webinar, aplikasi-aplikasi pendukung pun bermunculan. Yang masih sering digunakan saat ini ialah Zoom dan Microsoft Team Live Event.
Sama seperti seminar konvensional, webinar menampilkan beberapa pemateri dengan rentang waktu presentasi. Peserta pun hadir dan menyaksikan langsung di depan gawai masing-masing (ponsel, tab, komputer, atau laptop). Materi presentasi dapat tetap disaksikan dengan screen sharing. Sesi tanya jawab tetap ada dengan memanfaatkan fitur Raise Hands (pada aplikasi Zoom) dan fitur Show Q&A (pada aplikasi Microsoft).
Namun, tentu ada sisi tak menyenangkan karena webinar berkaitan erat dengan teknologi. Ditemui pasca mengisi webinar yang diadakan Fakultas Humaniora bekerjasama dengan UIN Alaudin Makassar, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan ADIA, Rohmani Nur Indah menceritakan pengalamannya. “Sudah siap semua kamera dan materi untuk sharing-nya, komputer tiba-tiba mati,” tuturnya.
Menurutnya, karena webinar memang bergantung pada teknologi, maka kejadian seperti itu pasti terjadi. Jika sudah familiar dengan penggunaan aplikasi seperti Zoom, maka tentu tidak akan ada kendala besar. Pihak panitia (host) pun harus memastikan bahwa peserta dan khususnya pemateri sudah cukup terbiasa dengan segala perangkat webinar. (nd)

Lebih Lanjut »
SAATNYA ORANG TUA AMBIL PERAN DALAM STUDI ANAK
Rabu, 8 Juli 2020 . in Berita . 399 views
2830_walid.jpg

GEMA-Tak sedikit orang tua yang merasa kelimpungan saat perpindahan sistem Study from Home (Belajar dari Rumah). Baik itu karena tak familiar dengan materi belajar, teknologi, maupun tak tahu apa yang harus dilakukan. Tak sedikit juga yang melayangkan komplain ke sekolah dengan beragam alasan. Namun, menurut Dr. Muhammad Walid saat begini justru orang tua harus banyak mengevaluasi diri. Sudahkah selama ini mereka turut berperan dalam pembelajaran anak di sekolah? “Karena kebanyakan orang tua merasa, bayar SPP ya sudah, selanjutnya itu tanggung jawab guru di sekolah dalam urusan mendidik,” imbuhnya.
Hal ini ia sampaikan dalam webinar yang diadakan oleh Rumah Jurnal FITK, Rabu (8/7). Dalam acara bertema “Merdeka Belajar dan Madrasah Unggulan: Tetap Unggul di Masa New Normal”, tiga pimpinan FITK menjadi narasumber utamanya. Mereka ialah Dr. Agus Maimun, M.Pd. (Dekan), Dr. Moh. Padil, M.PdI. (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama), dan Dr. Muhammad Walid, MA. (Wakil Dekan Bidang Akademik).
Walid melanjutkan, pendidikan anak bukan hanya tanggung jawab pihak sekolah. Justru pendidikan yang baik itu tak hanya komunikasi searah. “Harus ada komunikasi intens antara siswa, orang tua, dan pihak sekolah,” imbuhnya. Ketika ada masalah yang muncul dalam proses belajar, maka semua pihak harus membicarakan dan mencari solusinya.
Walid pun membahas pentingnya seorang guru untuk memahami kembali hakikat profesinya. Ia menekankan bahwa seorang guru tidak diperkenankan hanya memberi ceramah selama proses belajar. “Karena yang harus diingat adalah bukan teacher for teaching tapi teacher for learning,” tutur Walid.
Ketika guru menempatkan diri sebagai teacher for teaching, maka pembelajaran akan didominasi ceramah. Padahal, sistem ceramah akan mematikan kreativitas siswa karena menutup kesempatan mereka untuk mengeksplor banyak hal tentang materi yang sedang diajarkan. Sebaliknya, jika sistem teacher for learning, maka akan ada interaksi dua arah antara guru dan siswa. Dengan begitu akan membuka banyak peluang bagi siswa untuk mempelajari hal lain yang masih berhubungan dengan mata pelajarannya. (nd)

Lebih Lanjut »

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Jalan Gajayana No. 50 Malang 65144
Telp: +62-341 551-354 | Email : info@uin-malang.ac.id

facebook twitter instagram youtube
keyboard_arrow_up